Kepada Kawan

Hari ini aku dihempaskan, oleh kematian. Dia begitu dekat dan membuatku tak berdaya. Dia membuat aku terhina dan tidak berguna. Mestinya aku harus TOBAT. Kawan kamu tahu hari ini 30 Agustus 2007, aku mestinya bisa berbuat lebih ya lebih cepat, lebih baik dan lebih bisa memutuskan. Ketika kematian itu mendekat sudah terasa olehku dia menjemput seorang kawan cukup dekat aku juga sudah terasa. Kawan itu adalah tetangga sebelah kanan rumah dia seorang lelaki yang sedang sendirian disitu. Saat dia kena serangan jantung dia berteriak-teriak cukup keras dia panggil-panggil anak-anaknya. Lalu dia menyebut nama TUHAN dengan bahasa KROMO INGGIL tentu untuk memuliakanNYA dia memohon pertolongan dan obat bahkan sempat dia berkata mungkin ini obatnya. Berlanjut kemudian ”tolong.., tolong..tolong” sampai tiga kali sebelum dia terhuyung lemas jatuh terkulai di lantai belakang rumah. Aku saksikan, aku dengar dan aku lihat semua peristiwa itu. Tapi aku tidak berbuat apa-apa. Kamu tahu bahkan dalam hati aku bilang ajalnya sudah dekat. Sekali lagi aku tahu tapi aku tidak berbuat apa-apa. Setelah beberapa jam peristiwa itu akhirnya dihari yang sama Malaikat maut menjemputnya.
Kawan kamu tahu apa yang aku rasakan, aku seperti bukan manusia lagi aku seperti tembok saja. Ya benda mati yang tidak bergerak. Semua ilmu, otak, kesehatan, kekuatan, kesempatan, sumber daya dan sampai hakikat diri ini seakan tak ada gunanya. Aku sekolah bertahun-tahun, bergaul, hidup dan berproses di kehidupan ini pada hari itu aku rasakan tak berguna. Memang ajal adalah rahasia ALLAH. Tetapi ketika kita tidak berusaha MAKSIMAL dan saat itu aku bisa memastikan bakal menuai hasil yang tidak diharapkan tentu kekecewaan pada proses usaha yang tidak maksimal menjadi beban yang berat bagiku. Sama dengan ketika kamu melihat ibumu diperkosa ramai-ramai dihadapanmu sementara kamu tidak ( bisa ) berbuat apa-apa, setelah kamu bisa berbuat kamu cuma bisa melihat dia terkulai lemas. Aku yakin kamu baru bisa merasakan.
Kawan ketika itu terjadi tindakan dan keputusan cepat diperlukan aku tidak melakukan pertolongan yang dibutuhkan. Menurutku semestinya segera dibawa ke dokter atau rumah sakit tapi teman-teman yang lain yang hadir di situ masih sibuk MEETING, berbicara sambil mengerumuni pasien ( teman ) itu. Mestinya aku bisa membubarkan MEETINGnya dan segera membawanya ke dokter atau rumah sakit untuk mendapat pertolongan lebih lanjut. Aku yakin aku bisa membubarkan MEETING untuk segera mengajak teman-teman bergerak bersamaku membawanya ke dokter atau rumah sakit. Tapi tak kulakukan. Bahkan yang lebih menyakitkan aku nyaris tahu seratus persen dengan pasti dia akan mati kalau tidak segera diberi pertolongan dan hal itu juga tidak aku lakukan. Aku juga sadar dan paham sepaham-pahamnya bahwa Hasilnya adalah TAKDIR dan secara keilmuan yang aku dapatkan aku juga paham sepaham-pahamnya secara alami tanpa pertolongan lanjutan dia akan mati ini ilmu IPA atau banyak yang menyebutnya ilmu pasti alam. Secara alami menurut ilmu itu pasti tanpa pertolongan lanjutan dia mati. Tidak..., tidak ada pertentangan ilmu dan takdir yang aku lihat dari peritiwa ini, sekali lagi tidak ada.
Jadi ...., aku minta maaf atas semuanya termasuk untuk tulisan ini kepada semua teman, kepada ilmu, kepada alam, kepada semua gerakan dan kepada TUHAN.
duhh GUSTI kulo nyuwun pangapuro

SUBHANALLAH........................... .. .
Malang, 30 Agustus 2007

Blogger Template by Blogcrowds